Holy Sin (SQHY) ~ Chapter 34

Zhou Shi Yu dan Wang Yi


Di Tepi Sungai Shanghai.

Zhou Shi Yu melangkah menyusuri taman, jejak langkahnya mengikuti jalur yang terukir akrab dalam ingatan, jalur yang dulu kerap ia tapaki bersama Wang Yi seiring mendalamnya hubungan mereka. 

Jalan setapak itu meliuk anggun di tepi sungai kecil, berujung pada panorama cakrawala Shanghai yang luas, memesona, dan seolah tak terbatas.

Ia menghela napas. Memang benar, ada keistimewaan tak terbantahkan di tempat ini, semacam kekuatan batin yang entah bagaimana mengalir dan menenangkannya.

Perlahan, ia mendudukkan diri di bangku taman, jari-jarinya menelusuri tonjolan lembut di perutnya.

Shing Jian menghampiri Zhou Shi Yu, duduk di sampingnya, lalu mengecup pipinya. "Halo, Ibu paling cantik di dunia."

Ia menangkupkan tangan di perut Zhou Shi Yu. "Bagaimana kabar buah hati kita?" 

Ia menambahkan, dengan senyum, "Apakah itu tendangan?"

Zhou Shi Yu melirik Shing Jian, senyum tipis mengiyakan terpulas di bibirnya.

"Shi Yu," Shing Jian berujar, suaranya dipenuhi takjub, "Aku tak pernah menyangka ini bisa seajaib ini. Aku selalu menginginkannya, kau tahu, tapi sungguh, ini menjadi bagian dari sesuatu yang begitu menakjubkan..." Ia menunduk ke perut Zhou Shi Yu dan berbisik lembut, "Shing Jian akan menjagamu dengan sangat baik, mengajarimu segala hal tentang Soulemetry, dan meyakinkan Ibu agar suatu hari mau mencobanya lagi."

Zhou Shi Yu menggelengkan kepala, bersandar di bahu Shing Jian. "Dasar kau ini!"

"Yah, aku harus memastikan si kecil tumbuh dengan keyakinan yang benar, bukan begitu?" 

Angin dingin berdesir. Zhou Shi Yu merapatkan diri pada Shing Jian. Tanpa ragu, Shing Jian melepas jaket korduroi cokelatnya, menyelimuti bahu Zhou Shi Yu, dan merangkulnya erat dalam dekapan yang menghangatkan.

"Aku... aku pikir entah bagaimana, ini akan membuat segalanya baik-baik saja." Zhou Shi Yu melirik perutnya, lalu kembali memandang ke arah pemandangan di hadapan mereka. "Dan, tentu saja, aku tahu setelah bayi ini lahir, semuanya pasti akan baik-baik saja... tapi rasanya aku menjalani kehamilan ini seperti sebuah mekanisme belaka."

"Mungkin bukan tanpa pikiran... mungkin hanya kesepian yang menggerogoti, merasa sedikit hampa."

"Shing Jian—"

"Jadi, wanitaku yang anggun," Shing Jian menghela napas, menatap hamparan luas di hadapan mereka. "Mengapa kau tidak meneleponnya?"

"Aku sudah mencoba. Kau tahu itu."

"Itu sudah berbulan-bulan yang lalu." Shing Jian mengaitkan tangan Zhou Shi Yu ke lengannya. "Mungkin dia hanya butuh waktu."

"Entahlah. Aku... aku hanya merasa telah sangat melukainya."

"Aku tidak sedang berlagak seperti salah satu karakter di serial web-ku, Sayang, tapi izinkan aku menceritakan sebuah kisah."

Shing Jian menempatkannya dengan nyaman, membiarkannya bersandar santai dalam pelukannya. "Kurasa aku tidak pernah bercerita padamu bagaimana aku dan Lily sungguh-sungguh bersatu."

Kepala Zhou Shi Yu menoleh cepat ke arah Shing Jian, terkejut. "Apa maksudmu?"

"Yah, kau tahu aku bertemu dengannya di Paris. Tapi kau tidak tahu bagaimana kami sebenarnya bersatu, keadaan yang membuat kami sepenuhnya menyadari bahwa kami ditakdirkan untuk bersama."

"Kupikir kalian bertemu di sebuah pernikahan?"

"Ya, tapi kau tidak pernah tahu itu adalah pernikahannya."

"Apa?" Zhou Shi Yu langsung tegak, mengguncang lengan Shing Jian. "Apa yang kau bicarakan?"

"Aku dan Lily sebenarnya pertama kali bertemu di sebuah fase dalam hidupku yang tidak kau ketahui. Saat itu, aku sedang tinggal di Paris, mengerjakan sebuah drama. Dan pada masa itu, aku jatuh cinta mati-matian. Pada pemeran utamanya. Dia seorang pria bernama Louis. Dan Louis Jordan itu—betul-betul seperti itu adanya. Dia punya rambut tebal penuh, paras yang rupawan, aksen yang sama-sama memikat gila-gilaan. Aku pernah mencoba berhubungan dengan kedua jenis kelamin saat di akademi dan aku sedang dalam proses pengungkapan diri. Tapi saat aku menemukan Louis, aku berpikir, inilah dia. Aku gay, aku tahu itu sekarang. Dialah pria yang tepat untukku. Tapi aku bukan pria yang tepat untuknya. Meskipun kami memiliki hubungan gelap yang membara selama enam bulan, dia memberitahuku di awal bahwa dia sudah bertunangan untuk menikah dengan kerabat yang sangat jauh, perjodohan dari keluarganya. Semacam penggabungan bisnis."

"Lily?"

"Ya," Shing Jian melanjutkan. "Dia pernah bercerita tentang Lily padaku, bahkan menunjukkan fotonya, tapi aku tidak percaya begitu saja. Aku ingat saat melihat Lily, aku berpikir, wanita yang memesona, tapi sama sekali tidak cocok untuk Louis. Aku tidak menyangka Louis benar-benar akan melangsungkan pernikahan itu, dan aku yakin dia akan sadar sebelum terlambat bahwa kami ditakdirkan bersama. Louis mengatakan dia sangat menghargai persahabatan kami, tapi apa yang kami miliki sudah berakhir. Dia berasal dari keluarga yang begitu terpandang di antara kaum elite Paris, menjadi gay bukanlah pilihan—bahkan jika orang Prancis dikenal berpikiran terbuka. Dia mengakhiri hubungan kami, tapi dia mengundangku ke pernikahannya."

"Aku tak percaya kau bahkan mempertimbangkan untuk pergi."

"Yah, aku memang tak jadi pergi." Shing Jian terdiam sejenak, mengenang. "Tapi aku menerima sepucuk surat, ditulis dengan keindahan dan kefasihan yang luar biasa, dari tunangannya. Ia mengatakan Louis telah jujur tentang hubungan kami dan dia sangat ingin aku berbagi kebahagiaan mereka di hari istimewa itu. Ia juga ingin aku tahu, jika kebahagiaan Louis sedikit saja terkorbankan, ia lebih dari bersedia Louis memiliki kekasih. Bisakah kau bayangkan itu?"

"Lily bernegosiasi." Zhou Shi Yu hanya bisa menggelengkan kepala. "Wanita itu memiliki keberanian baja."

"Itu sungguh-sungguh lahir dari lubuk hatinya. Aku kebetulan sedang mabuk di hari pernikahan itu, tanpa niat untuk hadir, ketika sebuah mobil datang menjemputku, lagi-lagi diatur oleh Lily. Saat itu, aku sudah sangat kacau, tapi aku berpikir, sudahlah, aku akan pergi mencari penutupan."

“Pernikahan itu begitu indah, mewah, megah, digelar dengan gaya dan kemewahan yang tak tanggung-tanggung. Dan hal paling aneh terjadi. Saat aku melihat mereka berdua, menyaksikan mereka mengucapkan janji suci, sesuatu dalam diriku tercerahkan. Aku tahu Louis telah pergi sepenuhnya dari hatiku. Setelah itu, di resepsi, ketika aku bertemu Lily, ia sangatlah ramah dan hangat. Menjelang akhir malam, dia menarikku ke samping, dan sekali lagi memberitahuku bahwa dia tidak berniat menghalangi Louis dari apa pun yang membuatnya bahagia."

Shing Jian menoleh ke arah Zhou Shi Yu, dan Zhou Shi Yu bisa melihat cinta bersinar terang di matanya saat mengenang bagaimana ia dan Lily memulai segalanya. 

"Aku harus bertanya padanya apakah dia benar-benar seegois itu, dan dia menjawab dengan kata-kata persis ini: 'Aku tidak melihatnya dari segi keegoisan. Aku tahu ini adalah perjodohan yang lebih condong ke arah bisnis daripada apa pun, dan meskipun aku menyukai Louis, aku tidak lebih mencintainya daripada dia mencintaiku. Dan bahkan jika aku mencintainya, aku percaya pada kebebasan. Aku percaya seseorang perlu menjadi diri mereka apa adanya. Dan aku juga percaya seseorang hanya bisa mencintai siapa yang mereka cintai. Jika memang sudah takdirnya, pasti akan berhasil.'"

"Beberapa bulan kemudian, aku mendengar mereka berpisah. Musim semi berikutnya, aku sedang berkemas untuk pergi, bersiap menuju Shanghai, ketika aku menerima panggilan telepon. Itu dari Louis. Dia bilang dia ada di kota, mendengar aku akan pergi dan ingin minum-minum sebagai kenangan masa lalu. Ketika aku tiba di bar, harapanku, niatku adalah untuk memenangkan hatinya kembali. Sekarang dia bebas, apa yang bisa menghentikannya? Tapi ketika aku ditunjukkan ke mejanya, Lily sudah duduk di sana, membaca beberapa kontrak atau apalah. Aku melihat Louis di bar sedang memesan minuman. Demi Tuhan, aku tidak tahu apa yang terjadi, karena ketika aku duduk bergabung dengan mereka, aku sama sekali tidak peduli pada Louis. Tapi Lily? Oh astaga! Aku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Louis basa-basi, dan yang kami lakukan hanyalah saling menatap mata satu sama lain, sampai akhirnya aku tidak tahu harus berpikir apa."

Zhou Shi Yu tak bisa menahan tawa. "Ini terlalu gila."

"Bukankah begitu?" Shing Jian tertawa. "Jadi begitulah, aku sudah melupakan pria yang kucintai dan di sini ada wanita ini, yang bagiku sekarang adalah satu-satunya orang di planet ini. Lily akhirnya menoleh ke Louis dan berkata, 'Kau tahu, Sayang, kurasa kita bisa melanjutkannya dari sini.'"

“Louis tercengang. Dia datang karena alasan yang sama denganku. Untuk berhubungan denganku, bahkan jika itu hanya untuk perpisahan—uhuk." 

Shing Jian teringat bayi di perut Zhou Shi Yu dan berbisik, "Maaf. Bagaimanapun, dia melirik dari Lily ke aku, dan bisa melihat semua kartu sudah terbuka. Ketika Louis pergi, Lily menatapku langsung ke mata dan berkata, 'Sialan kau, sudah banyak sekali waktuku terbuang! Aku tidak berhenti memikirkanmu sejak hari pernikahanku. Dan aku punya banyak pekerjaan. Aku tidak bisa menghabiskan seluruh waktuku melamun ketika ada pekerjaan yang harus dilakukan.' Dan hanya itu yang dia katakan."

"Shing Jian, kenapa kau tidak pernah menceritakan ini padaku sebelumnya?" Zhou Shi Yu masih terheran-heran dengan sisi baru Shing Jian dan Lily ini.

"Karena aku tahu kau tidak akan mengerti, tidak bisa mengaitkannya. Sampai sekarang. Kau harus mencari tahu apakah Wang Yi adalah orangnya. Dan, percayalah, kau akan tahu saat melihatnya. Jika bukan, tidak ada salahnya. Jika ya, maka demi Tuhan, Shi Yu, kau harus berhenti membuang-buang waktumu."


***


Wang Yi mengepak kotak-kotak dengan geram, setiap gerakannya mencerminkan keputusan yang telah bulat, yang kini harus ia tuntaskan. Selama satu setengah tahun terakhir, ia menyimpan buku-buku lama ibunya, berkas-berkas usang, dan barang-barang antik yang penuh kenangan. Namun kini, waktunya telah tiba.

Waktunya membereskan semuanya. Saatnya memulai lembaran baru. Semua harus pergi. Ia bergerak efisien dan cepat, melangkah keluar apartemen membawa salah satu kotak.

Begitu pintu terbuka, Zhou Shi Yu muncul. Ia bergerak diam-diam di antara labirin kotak dan barang-barang yang berserakan di lorong. 

Ketika Wang Yi berbalik, Zhou Shi Yu sedang membersihkan debu dari kaus tanpa lengannya, ekspresinya canggung.

Wang Yi terdiam, terpaku di tempatnya. "Zhou Shi Yu…"

"Wang Yi… aku—"

"Zhou Shi Yu… apa yang kau lakukan di sini?"

Zhou Shi Yu melirik kotak-kotak di sekelilingnya, sebuah kepanikan samar melintas di matanya. "Apa yang kau lakukan? Kau pindah?"

"Tidak. Aku akhirnya memilah semua barang ibuku untuk disumbangkan ke penampungan wanita."

"Oh, begitu." Napas Zhou Shi Yu tercekat, mendadak pusing. Mengapa ia datang ke sini?

"Ya, pekerja sosial akan datang minggu depan, dan aku ingin semuanya terlihat rapi… sampai…" Ucapannya terhenti, lantas ia bertanya-tanya mengapa harus menjelaskan apa pun kepada wanita ini?

"untuk adopsi, bukan?"

"Ya." Suara Wang Yi menegang. "Dengar, aku agak terburu-buru. Aku harus mengeluarkan semua barang ini sebelum akhir hari."

"Ya. Ada yang bisa kubantu?"

"Tidak!"

Keduanya terdiam, terkejut oleh penolakan Wang Yi yang keras.

"Aku… aku rasa kau tidak boleh mengangkat beban saat ini." 

Zhou Shi Yu, kebingungan, mencoba meredakan ketegangan.

"Apa yang kau inginkan, Zhou Shi Yu?"

Zhou Shi Yu berdiri di sana, tangan kosong, tak tahu harus berbuat apa. "Aku hanya ingin menemuimu."

"Kenapa?"

Sakit hati mengiris Zhou Shi Yu. Ia tak yakin ke mana harus membawa arah percakapan ini, rasa pusing semakin menjadi setiap detiknya.

"Bisakah kita, setidaknya, bicara sebentar?"

"Aku rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan," kata Wang Yi sambil kembali mengepak, mendorong buku-buku ke dalam kotak dengan kekuatan yang meluapkan emosi. "Menurutku kau harus pergi."

Zhou Shi Yu mendekat, mengambil buku-buku dari tangan Wang Yi dan meletakkannya di samping.

"Aku tahu kau terluka. Aku juga. Aku hanya ingin menjelaskan—"

"Zhou Shi Yu. Aku tidak mau bicara denganmu."

"Wang Yi—"

"HENTIKAN!" Wang Yi berdiri di sana, tubuhnya bergetar saat kebingungan yang tadi ia rasakan berubah menjadi amarah yang meletup.

"Tolong, dengarkan aku—"

Namun Wang Yi hanya merasakan amarahnya menguasai diri. "Dengarkan kau? Ya Tuhan. Kenapa? Kau berbohong padaku sepanjang waktu kita bersama."

Zhou Shi Yu harus duduk. Wang Yi berdiri di sana begitu marah, dan segalanya terasa begitu rumit. Ia ingin menjelaskan, tetapi indranya berputar, ia merasa seolah berada dalam mimpi, seolah ia tidak bisa mengendalikan apa yang keluar dari bibirnya, "Sudah kubilang, aku… tidak akan pernah berbohong—"

"Kau tidur dengannya sepanjang waktu ini untuk hamil? Tuhan, kau mempermainkanku—"

"Wang Yi—" Zhou Shi Yu semakin disorientasi setiap detiknya, tubuhnya tiba-tiba terasa begitu berat…

"Kau mempermainkanku. Bagus untukmu. Jadi mungkin aku sebodoh dosa, tapi kau tahu kau ini apa? Kau hanyalah seorang pelacur!"

Kepalanya berputar, ia merasa dihantam, diserang oleh kata-kata itu. Saat Zhou Shi Yu mulai meraih kursi, Yuan Yiqi masuk.

Yuan Yiqi terpaku di tempatnya. "Oh, astaga! Apa yang kau lakukan di sini?" Ia mendekati Zhou Shi Yu seperti seekor anjing penyerang. 

Zhou Shi Yu bisa merasakan betapa wanita itu membencinya. Semuanya mulai berputar, berputar, dan kemudian segalanya gelap.

"ZHOU SHI YU!" teriak Wang Yi, suaranya pecah di tengah kekacauan.


***


Wang Yi mondar-mandir gelisah di ruang tunggu rumah sakit, sementara Yuan Yiqi berusaha menenangkannya. Hatinya diselimuti rasa bersalah yang menusuk, ngeri membayangkan ia telah menyebabkan Zhou Shi Yu pingsan. 

Bagaimana jika sesuatu yang buruk menimpa bayinya? Namun, di saat yang sama, kemarahan pada Zhou Shi Yu begitu membakar hingga tubuhnya tak henti bergetar. 

Sebuah pertanyaan melintas: mengapa ia tidak segera meninggalkan rumah sakit saja? Ini bukan masalahnya. Bukan urusannya sama sekali.

San Yi dan ShanShan bergegas masuk saat itu, napas terengah. Ketika pandangan mereka bertemu dengan Yuan Yiqi dan Wang Yi, keheningan membeku, tak ada yang tahu harus berbuat apa.

"Ibuku!" San Yi tercekat, suaranya sarat kecemasan.

"Dia baik-baik saja," Yuan Yiqi memberitahu mereka, tangannya bersedekap, nada suaranya tegas. "Dia sedang beristirahat, tapi tekanan darahnya tidak stabil."

"Apa yang terjadi?"

"Dia pingsan." Wang Yi berbicara, suaranya serak, seolah menanggung beban yang tak terperi.

"Apa yang kau lakukan padanya?" San Yi menuntut.

"Dia tidak melakukan apa-apa," Yuan Yiqi bersikeras, membela. "Aku ada di sana. Dokter akan datang dan bicara dengan kita sebentar lagi, dan aku yakin kalian akan bisa menemuinya. Tapi sekarang, kita semua harus tetap tenang."

“Yiqi benar, San Yi." ShanShan menggelengkan kepala, mencoba menengahi. "Bertengkar hanya akan membuat situasi ini semakin rumit dari yang sudah ada."

Percaya atau tidak, ketiganya mundur ke sudut masing-masing di ruang tunggu, atmosfer masih tegang.

"Aku sudah meninggalkan jutaan pesan untuk Ayah… aku tidak tahu dia ada di mana. Tidak ada yang bisa menemukannya."

Wang Yi menggelengkan kepala. Hebat.

Setelah apa yang terasa seperti berjam-jam, seorang dokter keluar untuk berbicara dengan mereka, hampir bersamaan dengan kedatangan Shing Jian dan Lily.

"Semuanya, dia baik-baik saja. Tekanan darahnya sangat rendah. Tapi kami sedang memasang infus… memberinya banyak cairan dan beberapa vitamin tambahan untuk bayinya."

Dokter menelaah laporan lab-nya, lalu menatap mereka semua seolah mencoba memahami hubungan yang begitu beragam di antara kelompok tersebut. "Dia bilang dia ingin berbicara dengan… seseorang bernama Wang Yi dan ayah bayi itu."

Wang Yi melirik sekeliling. Bao Wei tidak ada.

"Sialan," gumam Yuan Yiqi pelan.

Shing Jian melangkah mendekat, mengulurkan lengannya kepada Wang Yi. "Aku akan mengantarmu masuk."

"Uhm… terima kasih," Wang Yi setuju dalam keadaan linglung saat Shing Jian mengantar mereka ke kamar rawat Zhou Shi Yu.

Ketika mereka masuk, Zhou Shi Yu berbalik menghadap mereka.

"Sayang," kata Shing Jian lembut, "kau tidak boleh menakuti Shing Jian seperti itu lagi, mengerti?"

Zhou Shi Yu memaksakan senyum tipis.

"Zhou Shi Yu… aku… aku minta maaf," Wang Yi akhirnya berbicara, suaranya bergetar. "Aku… tapi aku seharusnya tidak membuatmu kesal."

"Kau punya setiap hak untuk itu." Suara Zhou Shi Yu lembut dan pelan. "Tapi tolong, beri aku kesempatan untuk meluruskan semuanya."

Wang Yi meliriknya, bingung. Apa lagi yang perlu dijelaskan?

"Aku hamil," Zhou Shi Yu membenarkan, "tapi itu bukan karena aku tidur dengan Bao Wei."

Wang Yi melirik dari Zhou Shi Yu ke Shing Jian, memastikan ia tidak salah dengar.

"Bao Wei masih belum menyentuhku sejak… sejak kita berdua memulai hubungan ini." 

Wang Yi kini benar-benar diliputi kebingungan.

"Ini Shing Jian."

Wang Yi kini semakin terpana.

"Shing Jian adalah ayahnya."

"Dan percayalah, kami juga tidak tidur bersama!" Shing Jian bersikeras, mengangkat tangan. "Lily tidak akan membiarkan itu!"

"Tapi aku tidak mengerti." Wang Yi benar-benar kehilangan arah.

"Setelah bertahun-tahun di neraka ketidaksuburan," Zhou Shi Yu melanjutkan, "Shing Jian menawarkan, dan aku menerima."

"Kontribusi terbesarku bagi umat manusia," Shing Jian menyatakan dengan bangga.

"Maaf aku tidak bisa memberitahumu. Tapi Shing Jian, Lily, dan aku sepakat bahwa tidak ada yang akan tahu tentang ini kecuali sampai berhasil dan kehamilan itu aman."

Akhirnya, semuanya mulai meresap. Wang Yi akhirnya merasakan beban di dadanya terangkat, depresi menjauh perlahan, dan tiba-tiba ia menyadari semua ini adalah sebuah kesalahpahaman yang mengerikan.

"Shing Jian… bisakah kau beri kami waktu beberapa menit…?" Zhou Shi Yu bertanya, tatapannya beralih pada kekasihnya. "Lalu suruh San Yi masuk."

Shing Jian membungkuk dengan anggun, lalu melangkah keluar.

Wang Yi menarik sebuah kursi, mendekat ke sisi ranjang Zhou Shi Yu. 

Wang Yi menundukkan kepalanya, rasa mual menghampiri memikirkan semua hal mengerikan yang telah ia katakan pada Zhou Shi Yu, yang menyebabkan wanita itu kini terbaring di sana.

"Kenapa… kenapa kau tidak memberitahuku?" Wang Yi bertanya, suaranya sarat kepedihan.

Zhou Shi Yu menggelengkan kepala, seolah mencoba memahami kekacauan yang ada. "Aku punya begitu banyak hal yang harus diurus. Mengakhiri pernikahan lima belas tahun. San Yi dan aku harus menjalani terapi, kami harus menghadapi Bao Wei, dan aku harus membuat perubahan besar dalam hidupku. Setelah memulai perceraian, aku sangat sakit di trimester pertama hingga nyaris tak sanggup mengatasinya. Dan, Wang Yi, aku pasti sudah meneleponmu ribuan kali… dan setelah batas tertentu, aku tahu bahwa aku telah menemui jalan buntu."

Wang Yi mengangguk pelan. "Zhou Shi Yu… aku tidak sanggup lagi. Aku menyerah pada akhirnya. Dan setelah kau mengirim email yang mengatakan kau tahu hubungan itu tidak adil bagiku, yah, aku hanya harus memutuskan semua ikatan yang kumiliki denganmu. Bagiku, semuanya harus hitam dan putih. Aku tidak bisa mengambil risiko melangkah lebih jauh dari yang sudah kulakukan."

"Dengar, aku tidak menyalahkanmu." Zhou Shi Yu menatap lurus ke mata Wang Yi. "Aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Tapi tak pernah ada keraguan sedikit pun di benakku tentang perasaanku padamu. Sebagaimana perasaanku padamu sekarang, Wang Yi."

Zhou Shi Yu mengulurkan tangan menyentuh lengan Wang Yi. Mata Wang Yi terpaku pada cincin itu. Cincin yang pernah ia berikan pada Zhou Shi Yu. Melihat cincin itu masih melingkar di jari Zhou Shi Yu selama ini, ia tersadar betapa keliru ia menilai waktu perpisahan mereka.

Wang Yi menyentuh cincin itu, menatap Zhou Shi Yu, dan air mata mulai membasahi pipinya. "Astaga, Zhou Shi Yu, aku bodoh sekali… aku mengatakan hal-hal yang begitu menyakitkan. Aku… aku sungguh minta maaf, Zhou Shi Yu."

"Aku juga akan mengatakannya jika aku berada di posisimu." Zhou Shi Yu merasakan rasa bersalah dan malu yang membebani Wang Yi dan ingin segera menghentikannya. "Wang Yi. Tatap aku."

Wang Yi perlahan mengangkat matanya, menatap wajah Zhou Shi Yu.

"Aku perlu kau tahu… tidak ada satu pun… tidak sedetik pun dari apa yang kita miliki bersama itu bohong… Itu adalah hal paling jujur yang pernah kuketahui."

Wang Yi tersenyum, air mata menetes dari mata Zhou Shi Yu. Tepat pada saat itu, San Yi masuk.

Wang Yi melirik Zhou Shi Yu. "Aku… kurasa aku harus…"

San Yi berjalan mendekati mereka berdua, lalu berbalik ke arah Wang Yi. "Tidak apa-apa. Kau tidak perlu pergi." Ia tersenyum pada Wang Yi.

Wang Yi menatap dari putra ke ibu, lalu meletakkan tangan di bahu San Yi. "Tidak apa-apa. Aku akan memberimu waktu beberapa menit dengan ibumu."

San Yi, tak mampu menahan diri sedetik lebih lama, memeluk ibunya erat. Zhou Shi Yu membalas pelukan itu tak kalah eratnya. San Yi menangis dalam dekapannya…

"Semuanya akan baik-baik saja," kata Zhou Shi Yu dengan jaminan yang kokoh. "Jangan khawatir, Sayang. Semuanya akan baik-baik saja."

San Yi akhirnya bangkit, berjalan mengelilingi kamar rumah sakit, lalu kembali ke sisi ibunya. "Kau tahu aku baik-baik saja dengan ini, kan?"

"Ya, Sayang. Aku tahu."

"Bagus, karena aku ingin Ibu bahagia."

Zhou Shi Yu merentangkan tangannya, isyarat penuh cinta. Inilah bagian terakhir yang ia butuhkan. Kini, segalanya akan baik-baik saja.